Nama lengkapnya Ruimasha' Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin 'Amir bin Ghanam bin 'Adie bin an-Najaar al-Anshariyah al-Khazrajiyah. Dan beliau adalah salah satu sahabiyah yang dijamin syurga. Ia seorang wanita keturunan bangsawan dari kabilah Anshar suku Khazraj memiliki sifat keibuan,cerdas penuh kehati-hatian dalam bersikap, dewasa, penyabar dan pemberani.
Dibalik
laki-laki yang hebat terdapat wanita hebat. dibalik anak-anak yang hebat
terdapat ibu hebat. Dibalik teguhnya keimanan Anas bin Malik dan
saudara-saudaranya ada Ummu Sulaim sebagai ibu yang teguh dalam keimanan dan
prinsip hidup. Siapa yang tidak kenal dengan Anas bin Malik, asisten pribadi
dan sahabat dekat Rasulullah, salah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits, tak kurang dari 2286 hadits yang beliau riwayatkan. Ibarat
perguruan tinggi, Anas bin Malik ra telah banyak meluluskan ulama-ulama hebat
dalam sejarah seperti Hasan al Basri, Ibnu Sirin, Umar bin Abdul Aziz, Qatadah
as-Saudi dan lain-lain.
Kenapa saya sangat
terkesan dengan Ummu sulaim?
Yang pertama adalah karena keteguhan dan
keberaniannya dalam menjaga keislamannya, ketika dia rela berpisah dengan suami
pertamanya Malik bin Nadhir karena memperjuangkan keislamannya. Dimana Malik
bin Nadhir menolak masuk islam. Sosoknya yang pemberani sebagaimana yang
diceritakan Anas, bahwa suatu ketika Abu Thalhah berpapasan dengan Ummu Sulaim
ketika perang Hunain. Ia melihat ditangannya ada sebuah pisau, lalu Abu Thalhah
melaporkan peristiwa ini kepada Rasulullah SAW. “ya Rasulullah, lihatlah Ummu
Sulaim keluar rumah sambil membawa pisau”, Kata Abu Thalhah. “ya Rasulullah,
pisau ini sengaja ku siapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani
mendekatiku” jawab Ummu Sulaim. Menurut adz-dzahabi, Ummu Sulaim juga ikut
terjun dalam perang uhud bersama Rasulullah.
Yang kedua, bagi saya dia
adalah wanita yang terbaik karena meminta mahar dengan keislamannya Abu
Thalhah. Saat Abu Thalhah mendatangi beliau untuk melamarnya dan menawarkan
mahar yang mahal. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya
menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim
berkata dengan sopan dan rasa hormat,”Tidak selayaknya saya menikah dengan seorang
musyrik, ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa sesembahanmu selama ini hanyalah
sebuah patung yang dipahat oleh keluarga fulan. Dan apabila engkau mau
menyulutnya api niscaya akan membakar dan menghanguskan patung-patung itu”.
Perkataan
Ummu Sulaim amat mengguncang jiwa, Abu Thalhah tak percaya dengan apa
yang ia lihat dan ia dengar. Namun itu semua merupakan realita yang harus ia
terima. Abu Thalhah bukanlah orang yang cepat putus asa. Dikarenakan cintanya
yang tulus dan mendalam terhadap Ummu Sulaim, di lain kesempatan ia datang lagi
menjumpai ibunda Anas dan mengiming-iming mahar yang lebih wah serta kehidupan
kelas atas.
Ummu Sulaim muslimah yang cerdik dan pintar ini tetap teguh dengan
keimanannya. Sedikit pun ia tidak tergoda oleh kenikmatan dunia yang dijanjikan
oleh Abu Thalhah. Baginya kenikmatan Islam akan lebih langgeng daripada seluruh
kenikmatan dunia. Masih dengan penolakanya yang halus ia menjawab, Sesungguhnya
saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya
sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku
menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?. Engkau menginginkan
dinar dan kenikmatan, kata Abu Thalhah. Sedikitpun
saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam, tukas Ummu
Sualim.
Beliau
bisa saja meminta mahar dengan harta Abu Thalhah yang sangat banyak. Tapi tak
sedikitpun ia tertarik pada harta benda, ummu sulaim hanya meminta mahar
“keislaman”. Sungguh wanita yang luar biasa, dikala wanita pada umumnya senang
dengan harta, perhiasan tetapi wanita satu ini menganggap bahwa keimanan dan
ketakwaan lebih berharga dari itu semua. Hal ini menginspirasi saya tentang
bagaimana cara membentuk keluarga yang hebat. Dulu bapak pendiri Negara kita, saat
akan membentuk Negara yang dibuat pertama kali adalah menentukan apa dasar
Negara Indonesia? dasar Negara yang kemudian kita kenal dengan “Pancasila”.
Sedangkan Ummu Sulaim, sebelum membentuk sebuah rumah tangga yang ia minta
adalah keislaman calon suaminya, yang dengan kata lain adalah dasar “Negara”
yang mereka tetapkan adalah dasar “keimanan” yang selanjutnya menerapkan
kehidupan berdasarkan nilai dan hukum islam dalam berumah tangga. Keutamaan
ummu sulaim bukan hanya karna beliau termasuk orang yang awal dalam menyatakan
keislamannya tapi juga orang yang mampu mengantarkan Abu Thalhah juga hijrah ke
jalan tauhid. Dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan berumah tangga.
Sehingga kelak memperoleh anak keturunan yang diberkahi.
Yang ketiga, saat beliau menawarkan Anas bin
malik untuk mengabdi kepada Rasulullah. Putra satu-satunya yang ia besarkan
sendiri adalah sesuatu yang sangat ia sayangi. Ummu sulaim adalah wanita yang
cerdik. Ia tahu bahwa akan banyak keberkahan menjadi seseorang yang dekat
dengan Rasullulah. Secara tidak langsung ketika beliau menyerahkan anaknya yang
masih kecil itu juga sebagai bentuk tarbiyah atau pendidikan terbaik bagi
anaknya. Kesempatan dididik langsung oleh Rasulullah SAW.
Yang keempat, Ummu Sulaim adalah sosok yang sabar,
tabah dan pandai mengelola emosi. Hal ini sangat menarik, karena wanita pada
umumnya adalah orang yang cenderung labil secara emosi dan lebih banyak
menggunakan perasaan dari pada logika. Ummu sulaim sangat lihai mengendalikan
perasaan dan emosinya, saat musibah datang ia mampu menjadi orang yang tenang
dan mampu membuat suaminya Thalhah tetap tenang. Tenang dan menenangkan, sabar
dan menyabarkan, tabah dan menabahkan. Semua itu adalah buah dari keimanan yang
sangat kokoh telah bersemayam dihatinya. Seperti yang tergambar pada kisah saat
ia kehilangan anaknya Abu Umair. Caranya dalam menyampaikan telah meninggalnya
putra kesayangan mereka merupakan hal luar biasa. Yang mungkin jarang jaman
sekarang ada seorang wanita yang mampu setabah itu. Bahkan saya sendiri masih
merasa sulit mengendalikan emosi atau psikologis, belum bisa setegar Ummu
Sulaim. Barangkali kalau saya diposisinya saat itu mungkin saya akan banyak
menangis, stres dan jatuh sakit karena terlalu sedih kehilangan anak tercinta.
Semoga para muslimah bisa meneladani ketegaran Ummu Sulaim. aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar