Thank You

Thank You For Your Visit ^_^

Minggu, 31 Agustus 2014

"Menerbangkan Layang-layang"

sebuah puisi oleh Indah Kurniasari

gemuruh angin dipenghujung surya
membuntutiku dengan potongan-potongan bambu
kertas berlukiskan aksara
terikat erat benang-benang ungu

ku menjauh....
mencoba membuatmu terbang...
angin menyambutmu riuh...
dan ku lepas kau melayang....

lihat engkau berjejer bersama burung-burung
lihat engkau menari-nari mengikuti gerak udara
lihat daku masih merenggangkan benang-benang
lihat daku merengkuh kayu akasia

hingga bintang tampak
ku tarik kuat kayu
kakiku menapak
mengembalikanmu dalam genggamku

Selasa, 26 Agustus 2014

Inspirasi Muslimah : Ummu Sulaim


Nama lengkapnya Ruimasha' Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin 'Amir bin Ghanam bin 'Adie bin an-Najaar al-Anshariyah al-Khazrajiyah.  Dan beliau adalah salah satu sahabiyah yang dijamin syurga. Ia seorang wanita keturunan bangsawan dari kabilah Anshar suku Khazraj memiliki sifat keibuan,cerdas penuh kehati-hatian dalam bersikap, dewasa, penyabar dan pemberani.

Dibalik laki-laki yang hebat terdapat wanita hebat. dibalik anak-anak yang hebat terdapat ibu hebat. Dibalik teguhnya keimanan Anas bin Malik dan saudara-saudaranya ada Ummu Sulaim sebagai ibu yang teguh dalam keimanan dan prinsip hidup. Siapa yang tidak kenal dengan Anas bin Malik, asisten pribadi dan sahabat dekat Rasulullah, salah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits, tak kurang dari 2286 hadits yang beliau riwayatkan. Ibarat perguruan tinggi, Anas bin Malik ra telah banyak meluluskan ulama-ulama hebat dalam sejarah seperti Hasan al Basri, Ibnu Sirin, Umar bin Abdul Aziz, Qatadah as-Saudi dan lain-lain.

Kenapa saya sangat terkesan dengan Ummu sulaim?

Yang pertama adalah karena keteguhan dan keberaniannya dalam menjaga keislamannya, ketika dia rela berpisah dengan suami pertamanya Malik bin Nadhir karena memperjuangkan keislamannya. Dimana Malik bin Nadhir menolak masuk islam. Sosoknya yang pemberani sebagaimana yang diceritakan Anas, bahwa suatu ketika Abu Thalhah berpapasan dengan Ummu Sulaim ketika perang Hunain. Ia melihat ditangannya ada sebuah pisau, lalu Abu Thalhah melaporkan peristiwa ini kepada Rasulullah SAW. “ya Rasulullah, lihatlah Ummu Sulaim keluar rumah sambil membawa pisau”, Kata Abu Thalhah. “ya Rasulullah, pisau ini sengaja ku siapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani mendekatiku” jawab Ummu Sulaim. Menurut adz-dzahabi, Ummu Sulaim juga ikut terjun dalam perang uhud bersama Rasulullah.

Yang kedua, bagi saya dia adalah wanita yang terbaik karena meminta mahar dengan keislamannya Abu Thalhah. Saat Abu Thalhah mendatangi beliau untuk melamarnya dan menawarkan mahar yang mahal. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,”Tidak selayaknya saya menikah dengan seorang musyrik, ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa sesembahanmu selama ini hanyalah sebuah patung yang dipahat oleh keluarga fulan. Dan apabila engkau mau menyulutnya api niscaya akan membakar dan menghanguskan patung-patung itu”.

Perkataan Ummu Sulaim amat mengguncang jiwa, Abu Thalhah tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar. Namun itu semua merupakan realita yang harus ia terima. Abu Thalhah bukanlah orang yang cepat putus asa. Dikarenakan cintanya yang tulus dan mendalam terhadap Ummu Sulaim, di lain kesempatan ia datang lagi menjumpai ibunda Anas dan mengiming-iming mahar yang lebih wah serta kehidupan kelas atas.

Ummu Sulaim muslimah yang cerdik dan pintar ini tetap teguh dengan keimanannya. Sedikit pun ia tidak tergoda oleh kenikmatan dunia yang dijanjikan oleh Abu Thalhah. Baginya kenikmatan Islam akan lebih langgeng daripada seluruh kenikmatan dunia. Masih dengan penolakanya yang halus ia menjawab, Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?. Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan, kata Abu Thalhah. Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam, tukas Ummu Sualim.

Beliau bisa saja meminta mahar dengan harta Abu Thalhah yang sangat banyak. Tapi tak sedikitpun ia tertarik pada harta benda, ummu sulaim hanya meminta mahar “keislaman”. Sungguh wanita yang luar biasa, dikala wanita pada umumnya senang dengan harta, perhiasan tetapi wanita satu ini menganggap bahwa keimanan dan ketakwaan lebih berharga dari itu semua. Hal ini menginspirasi saya tentang bagaimana cara membentuk keluarga yang hebat. Dulu bapak pendiri Negara kita, saat akan membentuk Negara yang dibuat pertama kali adalah menentukan apa dasar Negara Indonesia? dasar Negara yang kemudian kita kenal dengan “Pancasila”. Sedangkan Ummu Sulaim, sebelum membentuk sebuah rumah tangga yang ia minta adalah keislaman calon suaminya, yang dengan kata lain adalah dasar “Negara” yang mereka tetapkan adalah dasar “keimanan” yang selanjutnya menerapkan kehidupan berdasarkan nilai dan hukum islam dalam berumah tangga. Keutamaan ummu sulaim bukan hanya karna beliau termasuk orang yang awal dalam menyatakan keislamannya tapi juga orang yang mampu mengantarkan Abu Thalhah juga hijrah ke jalan tauhid. Dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan berumah tangga. Sehingga kelak memperoleh anak keturunan yang diberkahi.

Yang ketiga, saat beliau menawarkan Anas bin malik untuk mengabdi kepada Rasulullah. Putra satu-satunya yang ia besarkan sendiri adalah sesuatu yang sangat ia sayangi. Ummu sulaim adalah wanita yang cerdik. Ia tahu bahwa akan banyak keberkahan menjadi seseorang yang dekat dengan Rasullulah. Secara tidak langsung ketika beliau menyerahkan anaknya yang masih kecil itu juga sebagai bentuk tarbiyah atau pendidikan terbaik bagi anaknya. Kesempatan dididik langsung oleh Rasulullah SAW.

Yang keempat, Ummu Sulaim adalah sosok yang sabar, tabah dan pandai mengelola emosi. Hal ini sangat menarik, karena wanita pada umumnya adalah orang yang cenderung labil secara emosi dan lebih banyak menggunakan perasaan dari pada logika. Ummu sulaim sangat lihai mengendalikan perasaan dan emosinya, saat musibah datang ia mampu menjadi orang yang tenang dan mampu membuat suaminya Thalhah tetap tenang. Tenang dan menenangkan, sabar dan menyabarkan, tabah dan menabahkan. Semua itu adalah buah dari keimanan yang sangat kokoh telah bersemayam dihatinya. Seperti yang tergambar pada kisah saat ia kehilangan anaknya Abu Umair. Caranya dalam menyampaikan telah meninggalnya putra kesayangan mereka merupakan hal luar biasa. Yang mungkin jarang jaman sekarang ada seorang wanita yang mampu setabah itu. Bahkan saya sendiri masih merasa sulit mengendalikan emosi atau psikologis, belum bisa setegar Ummu Sulaim. Barangkali kalau saya diposisinya saat itu mungkin saya akan banyak menangis, stres dan jatuh sakit karena terlalu sedih kehilangan anak tercinta. 

Semoga para muslimah bisa meneladani ketegaran Ummu Sulaim. aamiin

Indah Kurniasari