Thank You

Thank You For Your Visit ^_^

Selasa, 14 Agustus 2012

Sakitpun Tak Menyurutkan Peluhnya




Hari itu aku dan temanku sufana  mencoba menerobos sengatan mentari kota atlas,menerjang debu jalanan yang mengibas-ngibas bersama baju kami yang tertarik angin jalan,

ya... hari itu aku menemaninya untuk membeli bahan baku untuk pembuatan alat rakitannya dalam rangka pemenuhan syarat kelulusan (TA).....ku sambut tawaran itu karna mungkin ku jenuh setelah hari-hari  berbaringku meningkatkan imunitas....ku harap kan memberi warna pada rona wajah ini

sambil menunggunya pilah pilih bahan.... ku  duduk mengamati sekitar toko....hmm...sungguh bukan duniaku,,, ku tak mengerti komponen elektronika yang ada mengelilingi ku...yang ku tahu hanya kapasitor dan kabel...lainnya entahlah :)

tiba- tiba saja ku dengar suara " permisi mbak,,mau lewat ", "ngih pak, monggo..."

kulihat seorang bapak paruh baya dengan badan tak begitu besar memanggul sebuah kardus entah apa isinya....bapaknya nampak agak kepayahan...
hem....tunggu dulu... aq melihat leher belakang  bapak itu tertempel 3 koyo cabe!

setelah meletakkan kardus di tempatnya kulihat bapak yg rambutnya mulai beruban itu tampak nafasnya tersengal, basah keringat dan tatap mata kuyu..

ya Tuhan...apakah bapak itu dalam keadaan sakit?
tak lama kemudian pemilik toko meyodorkan upah kerjanya..bapak itu menghitung uangnya tepat di hadapanku...dan akupun tak sengaja ikut menghitungya
Rp 8.500,-
dan bapak itu segera menaruhnya di sakunya

masyaallah.....
pandanganku tak lepas olehnya...bola mataku mengikuti langkahnya meninggalkan toko..
dengan langkah gontai ia kembali ke becak kumuhnya...dan berbalik arah..
masyaallah ternyata beliau penarik becak...

seketika tampak olehku betapa dasyatnya seorang ayah tengah berjuang menghidupi keluarganya..
aku membayangkan betapa payahnya hidup di "kota" besar ini. betapa kerasnya perjuangan hidup...
hingga seorang bapak tetap bekerja kendati dirinya sedang sakit demi memberi sesuap nasi bagi anak istrinya...betapa mulianya.... :(

masyaallah....kendati sakit tetap produktif
atau karna tuntutan hidup ia berjuang untuk tetap produktif!
Ya Rabb.. jika ada seorang bapak yang rela berjuang dalam kondisi sakit untuk tetap bekerja mencari nafkah...jika ada seorang jendral besar Sudirman yang rela memimpin perang gerilya mempertahankan kemerdekaaan kendati dirinya sedang sakit keras..
kenapa diri ini begitu lemahnya pada keaadaan? betapa lemahnya mental ini dalam menghadapi badai kehidupan yang hanya sementara!
betapa gampangnya mengatakan sudah...sudah menyerah....!

Ya Rabb..... maafkanlah diri yang tak kunjung tau diri ini!
ampuni diri ini ya Rabb...

sobat...
belajarlah melihat...belajarlah "membaca"...belajarlah berubah...belajarlah bersyukur....belajarlah untuk tidak mengeluh...belajarlah tentang kerja keras... kesungguhan,,,dan keikhlasan...
semangat kawanku!
kita pasti bisa berubah menjadi lebih baik! insyallah ^_^


Banyak yang bilang bahwa sakit menurunkan produktifitas kerja, yaps mungkin hal itu tidaklah salah kawan...tapi yang lebih penting dari itu semua adalah bagaimana cara kita menyikapi dan menghadapi sakit itu sendiri. ada orang yang acuh dengan kondisi sakitnya, ada yang menyikapinya secara proposional ( berperilaku sesuai dengan kondisi) dan ada juga yang berprilaku berlebihan dalam menyikapi sakitnya. terkadang kita binggung dalam memaknai apa itu sehat apa itu sakit. sehat itu tidak sekedar tidak sakit, dan sakit itu bukan sekedar tidak sehat.Dalam Undang- Undang  Kesehatan N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.

Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.

Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:

  1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
  2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
    • Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
    • Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
    • Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
  3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
  4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.


Salam
Indah Kurniasari
Sunflower....semangat mencerahkan!
*sebuah catatan fb ku 3 Juni 2011

Untuk mu Saudara-saudariku



Untuk mu saudara-saudariku yang senantiasa dalam naungan hidayah-Nya. aamiin

Aku memang bukan mentari yang sinarnya memberikan kehidupan bagi bumi yang terhampar luas, bukan pula rembulan yang menyinari malam yang gelap pekat,tapi ku mencoba menjadi layaknya bunga matahari yang mahkotanya mengembang dan menyeruak ditengah-tengah padang rumput, ku coba tersenyum dan menceriakan hari-hari kita. Tersenyumlah saudariku ,karna tersenyum kepada saudaramu adalah sedekah. :)

Saudara-saudariku…tidaklah perlu menyalahkan gelap pekatnya malam dipengujung masa bulan, mari kita berikhtiar untuk bisa menerangi gubuk kecil kita ini. Lihatlah saudariku, kita telah menyalakan keempat lilin-lilin kecil itu, ia menyala dan menerangi gelap remang dunia muda kita, ya….keempat lilin itu. Lilin yang menghiasi ukhuwah antara aku,kamu dan dia...kita bersama. Seperti yang kita tau bahwa tiada yang sempurna di dunia ini, sebagaimana lilin kecil kita itu,yang sekeras apapun usaha kita mempertahankannya,suatu saat ia akan padam jua. Waktu pula yang akan menceraikan roh dengan raganya. Saudariku…. bila mungkin engkau lihat tiba-tiba angin menerobos masuk dan mematikan nyala lilin yang pertama,janganlah bersedih saudariku….sebagai seorang insan kita memang tak pernah lepas dari khilaf. Bila mungkin engkau lihat tiba-tiba angin menerobos masuk dan mematikan nyala lilin yang kedua, bersabarlah saudariku,karna bertahan di jalan taqwa ini memang tidak mudah. Bila mungkin engkau lihat tiba-tiba angin menerobos masuk dan mematikan nyala lilin yang ketiga, bersyukurlah saudariku…karna kita masih memiliki lilin yang keempat, ialah lilin harapan. Saudariku… mari kita bergandeng tangan, raihlah jemari ini…. kita raih kembali nyala api kita….hidupkan kembali lilin-lilin yang telah mati. Hidupkan kembali nyala jiwa-jiwa yang kian redup, karna mentari esok akan muncul kembali, bersemangatlah…jaga nyala lilin-lilin kita agar tetap menerangi hingga esok tiba…masa dimana bumi terang benderang dengan rahmat-Nya…Islam yang kita cintai. Keep spirit till the end….lillahita’ala, may Allah bless us forever.

Salam
Indah Kurniasari
Sunflower, semangat mencerahkan!
*sebuah catatan fb ku, 29 Oktober 2011

Indah Kurniasari