"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan?"
Sore itu hujan turun setelah berlalu hari-hari panas tak terkira
Suatu kabar gembira bagi para perindu aroma tanah terpecik rintik air
Setetes demi tetes basahi dedaunan yang tertutup abu vulkanik
Harapan....
Hidangan jiwa nan mewah...
Hari sebagaimana matahari dan bulan berkejar-kejaran
Hanya aku yang tak mengerti cara mengejar waktu
Lihatlah ini...
Lihat ini....mataku yang terluka memandang rona bahagia dia yang lain
Lihat ini.... hatiku yang tersayat untaian kritik yang menggelitik
Lihat ini.... lisanku yang tak henti-hentinya mengeluhkan nasib
Malam kembali hadir....
Menjagaku dari pandangan liar yang menatapku
Masihkah kau disana?
Melihat hati yang telah rombeng
Langkah ini kembali menapak
Lakuku mulai berlaku
Lalu ku tambal kembali
Lalu ku sulam lagi
Baik....sungguh baik
Berbenah...
Berubah...
Biar sedikit....
Kemudian hujan ini terhenti
Kembali ku jelajahi malamku
Kelap-kelip bintang terangi langkah
Kadang rembulan mengintip dicelah langit pekat
Telah lama ku meradang...
Telah lama ku jauh dari Nya
Tapi Jerat hatiku tak mampu ku lepas
Tak pula mampu mengusung sembilu pembebas diri
Tik....tik...tik....
Tik...tik....tik....
Hujan kembali turun
Hujan yang deras
Angin besar itu mengejarku....
Aku berlari...
Aku.....
Aku berlari semakin kencang...
Terjatuh aku...
Terjerembap aku....
Tersungkur aku...
Terluka aku....
Bangun!
Berdiri!
Bertahan!
Bangkit!
Sungguh elok kata-kata itu
Sungguhkah bisa engkau menerka esok kan datang padaku?
Saat esok kau jumpai mentari
Saat itu mungkin saja kau tak melihatku lagi
Tiada lagi hari selain hari ini
Tiada pertolongan selain dari Nya
Tiada lagi waktu untuk berkata tiada daya
Tiada lagi.....
Karena mungkin aku sudah tiada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar