"Aku ingin tahu...biarkanlah aku tahu"
Masa SD
Sejak kecil memang rasa
ingin tahuku sangat, tinggi, kritis, banyak mengajukan pertanyaan bahkan sering
dibilang cerewet bawel dan sebagainya. Ketika aku bertanya tentang sesuatu
biasanya tidak puas dengan jawaban dan kembali mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang detail, sejak TK hingga SD jarang dianter jemput orang tua, hampir setap
hari anak sekecilil itu berangkat dan pulang sekolah sendiri dengan berjalan
kaki , sudah dibiasakan hidup mandiri sejak kecil sejak SD kelas satu aku sudah
mandiri (mandi sendiri) memakai baju dan buku sendiri, berangkat ke sekolah
pagi-pagi berjalan kaki ke sekolah karena jaraknya tidak jauh dari rumah, hanya
sekitar 500 meter. Dulu hobi sekali
manjat pohon bahkan sering tidur siang diatas pohon, atau bila lagi dimarahi
ibu aku sering kabur dan sembunyi di atas pohon, sering berkhayal dulu, saat
kecil dulu aku pernah bercita-cita jadi ilmuan tetapi tak seorangpun tahu akan
hal itu hingga tulisan ini dibuat, aku orang yang tidak suka menjadi seseorang sama
dengan kebanyakan orang, selalu berusaha untuk membuat sesuatu hal berbeda dari
kebanyak orang (kreativitasnya tinggi) akan tetapi bakat-bakat yang ku miliki
dulu sayang tak dapat dikembangkan dengan baik karena aku oranganya agak
pemalu, dulu karena terlalu kritis dalam bertanya dan sering mengajukan
pertanyaan yang beruntun yang sulit dijawab aku jadi sering dimarahi baik disekolah
maupun di rumah (namanya juga anak kecil rasa ingin tahunya sangat tinggi),
ingat dulu (jaman kurikulum pendidikan “diam” itu emas) aku sering ditegur oleh
guruku gara-gara mengajak diskusi teman sebangku seputar pelajaran yang
diajarkan, sering juga dilempari kapur gara-gara dianggap “mengganggu” , hal
yang paling membuat trauma hingga sekarang adalah KEBENCIANKU PADA PELAJARAN
MATEMATIKA, kenapa? Dulu pernah di beri PR tentang pembagian atau bilangan
pecahan atau apa aku lupa, aku mengerjakan soal itu menggunakan caraku sendiri
karena menurutku cara yang diajarkan guruku itu terlalu bertele-tele dan ribet,
saat besoknya dikoreksi jawaban ku benar, tetapi aturan main saat itu walaupun
jawabannya benar tapi kalau caranya “salah” (tidak sama dengan yang diajarkan)
maka dinilai salah, aku sudah berusaha memprotes guruku tapi keputusan tetap
sesuai aturan tanpa melihat dari mana proses berpikirku menggunakan cara itu
akhirnya aku mendapat nilai 2 atau 3 gitu padahal anak paling bodoh dikelasku
saja dapat nilai 6, karena dapet nilai terjelek teman-teman mengejekku, dan
sesampai di rumah juga diejek kakak-kakak ku (mereka memang pada rangking 1
kelas) , belum lagi kena marah bapak ibu, sejak saat itu aku sangat benci
dengan matematika, dulu aku orang yang mudah bosan sering bolos atau kabur dari
TPQ, bahkan aku keluar dari TPQ waktu masih jilid 4, sering dimarahi ibu
gara-gara ngak mau ngaji, lalu melanjutkan ke 2 mushola dekat rumah tapi
ujung-ujungnya sama, baru ngaji beberapa bulan bosen keluar, ibuku hanya
geleng-geleng kepala dan banyak beristigfar, punya anak cewek cuma satu disuruh
ngaji susahnya, belum lagi susah kalau disuruh sholat hingga kelas 6 SD aku
masih jarang sholat, astagfirullah catatan kelam masa lalu, bandel banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar